Aku meremas kepalan tanganku, bibirku bergetar. Aku memandang ke satu titik. Dari jauh aku menatap wajahnya. Aku terdiam, hati ku pilu seperti baru saja turun dari wahana jetcoaster. Aku memegang kepalaku yang benar-benar terasa pusing. Sepertinya aku memang kelihatan agak kacau dan aku menyadarinya. Aku baru saja melihat dia, orang yang sudah satu tahun memenuhi otakku lebih tepatnya HATIKU.
Dia Donny. Dia satu SMP denganku tapi aku tidak
mengenalnya. Dia tinggi, berkulit putih, berhidung mancung dan bertubuh
atletis, semua dalam dirinya benar-benar sempurna tanpa cacat
sedikitpun. Tapi bukan fisik yang menjadi alasanku begitu mengaggumi dan
begitu menyayanginya. Ini semua datang tanpa alasan. Karena jika aku
menyayangi nya dengan sebuah alasan , ketika alasan itu pergi maka
perasaan ku juga akan pergi bersama alasan itu, tapi ini benar- benar
konyol, aku menyayanginya murni tanpa sebuah alasan jadi sangat sulit
untukku menghapus seluruh perasaanku kepadanya, sekali lagi aku berdecak
kesal , ini aneh . Aku tidak mengenalnya tapi aku benar- benar
menyukainya melewati batas perasaan yang aku miliki hingga aku merasa
benar-benar ingin meledak .
Aku berlari kecil menuju toilet
wanita di dekat tangga searah dengan jalan menuju ke kelasku. Begitu
masuk tampak sebuah cermin besar terpampang disana. Aku menatap pantulan
di cermin itu. Tampak seorang anak SMP memakai seragamnya yang kusut,
rambutnya tidak tertata dan wajahnya yang kusam, penampilannya benar-
benar menyedihkan tapi agak tertolong dengan warna kulitnya yang cerah.
Tebak siapa dia? AKU, ya aku.
Korneaku menajam, mengingat kejadian tadi,
melihatnya tertawa bersama orang lain, perempuan lain , menggenggam
tangannya dan tenggelam dalam obrolan ringan yang nampak menyenangkan
tapi begitu sesak saat aku menyaksikan tontonan hebat itu.
Sekarang kembali ke alam nyata, aku berusaha
melupakan ingatan konyol itu , tampak seberkas air bening menyempil di
ujung bulu mataku yang panjang dan lentik. Dengan segera aku
mengusapnya. Aku tak habis pikir kenapa aku bisa sangat menyayangi orang
yang belum aku kenal sama sekali. Hanya dengan melihatnya sekali saja,
dan aku bisa dengan mudah tenggelam dalam perasaan yang sulit untuk aku
sendiri mengerti dan jelaskan.
Teeeet teeeeet teeeeeet!
Aku terlonjak kaget. Badanku terasa limpung. Untuk
sepersekian detik aku masih terdiam dan tiba-tiba aku terlonjak kaget.
Bel masuk baru saja berbunyi . Bella yang baru saja masuk ke toilet
memegang bahuku dan mengerenyitkan dahi saat dia melihatku memasang
tampang balita yang habis masuk selokan karena di kejar anjing
“ Kenapa sih Cha? Donny lagi ya? Kan gue udah
bilang lupain dia , banyak cowo yang mau sama lo, yuk ah ke kelas .
Tampang lu udah kaya badut ancol abis berenang di empang” Bella
terkikik geli sambil memasang muka iba.
Ekspresi yang aneh , aku tersenyum melihat ekspresi
wajahnya dan aku langsung memamerkan nyengir kuda ku yang paling lebar
hingga tampak sederet gigiku yang putih bersih dan sangat rapi. Bella
tersenyum garing
“ Jelek lu Cha, buang tuh si Donny ke laut “ ucapnya sambil tertawa renyah.
Aku hanya mencibir kesal dan mencubitnya, dia berteriak kecil lalu kami menuju ke kelas bersama.
Aku masuk ke kelas dengan agak kikuk, badanku
menegang. Rasanya agak hiperbola saat aku merasa semua orang sedang
memperhatikan ku dengan tatapan aneh. Aku mengerjapkan mata, Bella
melambaikan tangan dari bangku tempat kami duduk
“ Woy Cha ngapain lo disana” ia setengah berteriak sambil memutar matanya ke arah seseorang.
Aku mengikuti sorot matanya daaaann…… “Whaaat!!”
Aku terlonjak dan berteriak nyaring melihat Pak Jono menatapku dengan kesal. Dan aku baru menyadari bahwa dari tadi aku hanya berdiri terbengong-bengong di depan kelas sementara Pak Jono sudah siap untuk menceramahi murid-muridnya.
“Chacha ada masalah kenapa kamu berdiri di depan
kelas , duduk di bangkumu ! kamu sudah merasa pintar ya, mau menjelaskan
di depan kelas? Jam isrirahat sudah habis, baru masuk kelas, gimana sih
kamu ini, mau jadi apa …. blablabalaaa …… “ Pak Jono komat kamit
panjang lebar.
Aku tidak begitu mendengar apa yang mahluk itu, eh
maksudku yang beliau ucapkan, beliau berbicara sangat cepat bahkan
menurutku mengalakan kecepatan cahaya, mulai hiperbolaku keluar, tapi
untuk yang satu ini memang kenyataan kok.
“Em.. ehhh.. iya Pak maaf maaf…” Aku tergagap dan
bergegas duduk di bangku ku dengan lemas, aku menerawang ke sekeliling,
tampak beberapa orang sibuk dengan dirinya sendiri dan beberapa orang
tampak menatap ku dengan tatapan aneh sekaligus geli.
Beberapa menit kemudian semua anak termasuk aku sudah kembali konsen ke pelajaran guru kilerku “tercinta” itu.
Kalau aku pikir-pikir guru kilerku
“terkasih” itu merupakan hiburan yang sangat langka. Beliau berpinggul
sangat ramping namun berperut sangaaaat buncit, berkulit hitam legam dan
selalu memakai kemeja yang agak ngetat dengan sabuk di pasang paling
pol. Jadi aku melihatnya seperti badut berjalan yang kerjanya hanya
ngomel sana sini. Aku tersenyum geli sendiri. Untung tidak ada yang
melihatku.
Aku sejenak mulai bisa melupakan kejadian Donny
tadi, sekilas terdengar memang sangat berlebihan, tapi jika kalian tau,
aku telah menunggunya sangat lama, hanya untuk berkenalan saja itu sudah
susahnya minta ampun dan sekarang aku mendengar segelintir orang dengan
antusias berkata “ Ahaha iya mereka kan hampir jadian loh, liat ajaa
serasi banget deh mereka “. Itu, itu alasanku begitu pilu saat melihat
Donny dan perempuan itu tertawa renyah bersama sambil berpegangan
tangan. Apakah penantian ku masih kurang lama? Kenalan saja menurutku
udah sangat keajaiban, malah best of the best dari 7 keajaiban dunia.
Tapi sampai sekarang, ini sama sekali belum kesampaian.
Pak Jono masih aja komat kamit, kok beliau ga
cape-cape yaa udah ubanan gitu. Dari pada dengerin itu, lebih baik aku
diam, flashback masa lalu. Bernostalgia, kembali ke kelas 7.
…..
Siswa-siswi kelas 7 berhamburan keluar SMP saat bel pulang berdering. Siang ini matahari terik banget,
“ Ini nerakanya bocor apa ya? Panas bener dah” kata Lesya menepuk dahinya yang jenong dan penuh keringat.
Dia sahabatku sekaligus temen sekelas donny di 7H,
sedangkan aku di 7C. Awalnya aku sangat biasa , malah aku tidak peduli
siapa Donny, kenal juga enggak bahkan aku gatau mana sih yang namanya
Donny yang di idolakan cewe-cewe se SMP, masa bodo walaupun dia ngalahin
gantengnya Justin Bieber pun, si penyanyi super ganteng kebangaan
dunia -,- .
Aku hanya mangut-mangut ngeliat Lesya masih aja
ngomel-ngomel sendiri sampai aku…… BRUK !!! Wajahku menabrak sebuah
ransel hitam yang tepat berada di depan wajahku, duh hidung gue nambah
pesek nih, aku bergumam dalam hati dan siap memaki si pemilik ransel di
depanku-yang jalannya super lelet itu. Dia berbalik memasang wajah tanpa
ekspresi, mulut ku yang sudah ternganga dan siap memaki langsung beku.
Ini lah DONNY. Donny yang pertama kali aku lihat dan langsung membuat ku seperti disiram air terjun, Brrr …
“ Eh eh.. maaf maaf yaa aku gak liat” kataku tergagap.
Dia terdiam, memasang senyum tipis yang terlihat
konyol dan berbalik membelakangiku. Aku menarik tangan Lesya, menerobos
kerumunan dan melewati cowok itu begitu saja, dan sampai detik ini aku
belum ngeh kalau itu adalah Donny.
Lesya mengedipkan mata ke arahku, “Lo suka ya sama dia?”
Aku ternganga dan menaikan sebelah alis berusaha menutupi bias merah muda yang menjalar dipipiku
“Apaan sih lo, siapa sih tadi? “. Lesya tersenyum curiga dan dengan satu hentakan dia menjawab “Donny!” Lesya tersenyum puas.
“Whaaaaat?” aku mangap super lebar dan mulut ku mungkin sudah paling pas di jadiin ring basket!
Oh itu yang namanya Donny. Aku tenggelam dalam
pikiranku sendiri. Mencoba mencerna kejadian tadi dan tanpa sadar aku
mulai menaruh seberkas perasaan yang tidak pernah aku sadari, perasaan
yang sangat besar.Perasaan yang tak ada satu orang pun yang bisa
mengerti.
…….
*Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar